Posted in DAY6

Hello – Prolog – 04


Seoul, Korea Selatan, 09:15 PM

Dum Tam Dum Tas

Jreeng~

‘Wooo~’

Teriakkan itu mengikuti berakhirnya penampilan band dengan enam anggota di atas panggung megah tersebut. Keenam laki-laki yang tampak berpeluh dengan senyum yang tergambar di wajah masing-masing itu mengangkat tangan mereka yang saling bertautan. “Terima kasih, sampai jumpa lagi.” ucap salah seorang dan melambaikan tangannya diikuti oleh kelima member lain yang membuat keriuhan di ruang konser tersebut semakin bergemuruh.

“Apakah kita akan makan malam sekarang?” salah seorang melayangkan pertanyaan saat mereka telah berada di belakang panggung setelah konser benar-benar dinyatakan berakhir dengan sesi high five yang baru saja selesai mereka lakukan. Namun hening, tak ada yang menjawab pertanyaannya, bahkan lelaki yang sebelumnya duduk di sebelahnya segera bangkit dan bergabung dengan tiga member lain yang tengah bercengkrama di balik pintu ruang make up.

“Oh…” lelaki itu hanya bergumam lirih dan kembali berbenah, memasukkan stik drumnya pada kantong kecil di tas ranselnya. Tak apa baginya, karena selama tiga tahun ini ia baik-baik saja dengan semua yang terjadi. Ia hanya akan terus berjanji pada dirinya untuk tak menyerah mendapatkan pengakuan dari semuanya. Pengakuan bahwa ia juga bagian dari bandnya.

“Kau lapar?” namun tiba-tiba salah seorang mendekatinya dengan menyodorkan sebungkus roti kepadanya dengan sebuah senyum yang menghiasi wajahnya dan itu terihat lucu karena pipinya yang mengembung dikarenakan roti yang belum sempat ia telan hingga membuat lelaki itu tersenyum simpul.

“Leader, kau sangat lucu.” ujarnya dengan tawa kecil yang sedikit ia tahan karena mencoba menghindari tatapan intens dari empat orang yang tengah melirik ke arahnya.

“Aish~” laki-laki yang mendapatkan panggilan leader itu mendesis kesal, meski dengan senyum tulus yang ia suguhkan. “Berhenti memanggilku seperti itu,” ucapnya dan segera menelan rotinya dengan bantuan air mineral yang ia teguk sebanyak yang ia mampu. “Hyung… panggil aku hyung.” ia melanjutkan kalimatnya setelah menarik nafas lega gara-gara ia tersedak roti yang ia telan secara serampangan itu.

Laki-laki yang baru saja mendapatkan titah itu kembali tertawa kecil melihat wajah lucu dari leadernya. “Ya Hyung.” meski akhirnya ia menuruti perintah tersebut dan memanggil leadernya sesuai keinginan dari sang eumpunya titah. “Terima kasih.” lanjutnya sembari menerima roti pemberian sang hyung.

– isfa_id –

“Sedang apa kau di sini?”

Laki-laki itu mengangkat kepalanya saat seseorang memasuki ruang latihan studio perusahaan mereka. Ia tersenyum menatap sosok yang tengah mengenakan jaket jeans yang tadi menyapanya itu. “Berlatih.” jawabnya singkat dan bergegas merapikan posisi drumnya setelah mendapati sosok tersebut menganggukkan kepalanya mengerti.

“Oh…” namun dalam hitungan detik berikutnya ia bergumam, karena sadar dengan apa yang dibawa oleh lelaki yang telah duduk di hadapannya dengan gitar yang telah bersandar pada paha kanannya tersebut. “Bukankah itu buku lagumu Lead… Hyung?” tanyanya sedikit tergagap saat hampir menyertai panggilan leader pada sosok tersebut.

Lelaki yang mendapat panggilan hyung itu tersenyum dan membuka buku tersebut, meletakkannya pada music stand book yang berdiri diam di hadapannya.

‘Jreng’

Ia mulai memainkan senar gitarnya dan bersenandung merdu, dengan matanya yang terpejam, menikmati sunyinya suasana studio yang hanya diisi oleh indahnya alunan melodi yang tercipta dari peraduan jari dan senar gitarnya.

Sementara itu, sosok lain yang telah berada di ruangan itu lebih dulu darinya hanya terdiam, mencoba meresapi nada yang diperdengarkan padanya dan perlahan, entah secara sadar atau tidak, kedua tangannya bergerak memainkan stick drumnya mengikuti irama lagu tersebut.

“Wah…” ia takjub setelah mereka menyelesaikan musiknya, “Itu lagu yang sangat bagus Hyung.” tuturnya dengan senyuman lebar yang tergambar di wajah polosnya.

Sang hyung yang menerima pujian itu hanya tersenyum dan menutup kembali bukunya setelah ia menambahkan not balok di part akhir yang ia dapatkan berkat permainan drum si maknae dari groupnya. “Permainan drummu juga sangat hebat.” ujarnya berbalik memberikan pujian, yang berhasil membuat tawa mereka tergelak mengisi kesunyian malam yang semakin larut.

“Ah~ Hyung, aku tak sabar menunggu perilisannya.” ujar sang drummer dengan mata berbinar seraya memeluk stick drumnya, membuat ia tampak sangat menggemaskan. “Apa kau sudah menuliskan liriknya?”

Kembali lelaki yang mendapat panggilan hyung itu menyuguhkan senyumannya, membuat wajah tampannya tampak memesona, meski tergambar dengan sangat tipis kesedihan di sana. “Seandainya aku bisa merilisnya.” ujarnya yang membuat sang drummer terdiam seakan menyadari akan apa yang tengah leadernya rasakan.

Senyum.

Dan yang bisa ia suguhkan hanya senyuman.

T.B.C

Leave a comment